Kitab Mazmur pasal 68 menyatakan kebangkitan Allah, yang membuat musuh-musuh-Nya berserakan di hadapan-Nya. Ada goncangan yang sangat hebat di angkasa dan si jahat binasa di hadirat-Nya.

Mazmur 68:25-26 mengatakan, “Mereka (orang-orang jahat) melihat perarakan-Mu, ya Allah, perarakan Allahku, Rajaku, ke dalam tempat kudus. Di depan berjalan penyanyi-penyanyi, di belakang pemetik- pemetik kecapi, di tengah-tengah dayang-dayang yang memalu rebana.”

Kata ‘perarakan’ (Ibr.: Halikah) berarti rombongan atau barisan pasukan dalam arak-arakan. Mazmur ini berbicara mengenai suatu arak- arakan yang mengikutsertakan Allah, dan suatu barisan pasukan yang sangat besar jumlahnya. Arak-arakan tersebut bergerak ke luar dan ‘menggoncangkan’ bumi maupun langit.

Dalam Keluaran 34:5-8 dikatakan bahwa Allah sendiri turun di tengah-tengah umat-Nya dalam perarakan yang kudus, dan Ia menyatakan diri-Nya kepada umat-Nya.

Yosua 6:11 “Demikianlah tabut TUHAN mengelilingi kota itu, mengedarinya sekali saja. Kemudian kembalilah mereka ke tempat perkemahan dan bermalam di tempat perkemahan itu.”

Kata ‘mengelilingi’ (Ibr.: Naqaph) berarti pergi atau berjalan berkeliling, membunuh, menghancurkan, merusakkan, mengelilingi, mengitari). Di tengah-tengah hadirat Allah bahkan dalam penyembahan pun bisa terjadi arak-arakan peperangan untuk menghancurkan musuh kita.

Pada waktu penyembahan kita telah melihat para penyembah berjalan dalam perarakan yang meriah dan khidmat di tengah-tengah hadirat Allah, sambil berseru, “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam, surga dan bumi penuh kemuliaan-Nya. Terpujilah Raja yang Mahamulia!” Sering kali terjadi ketika hadirat Allah sangat kuat, maka kita pun sujud menyembah di bawah kaki Raja segala Raja yang Mahamulia dengan segenap keberadaan kita. Kemudian, kita pun berjalan di dalam perarakan dengan khidmat dan penuh kemegahan seakan-akan kita berada di surga untuk menyatakan penyembahan dan pemujaan kepada-Nya.

Secara singkat, kita telah mengamati penggunaan kaki dan tangan di dalam penyembahan. Sebelum kita menggunakan anggota tubuh di dalam penyembahan ataupun peperangan, kita harus memiliki kehidupan yang benar dan berjalan sebagai imam-imam. Ada banyak hal yang harus kita lakukan dengan benar antara lain: cara berpakaian, disiplin, penggunaan waktu pada saat kita melayani, sikap dalam menari, menundukkan diri kepada pemimpin gereja, dan saling merendahkan hati sebelum tari-tarian digunakan dalam penyembahan maupun peperangan. Kalau tidak, kita akan melakukan pelanggaran yang besar sehingga mudah diserang oleh musuh kita.

Pada saat menyatakan hal-hal dalam dimensi ini ada kuasa sangat besar yang harus disertai dengan tanggung jawab yang besar pula. Peran Anda jauh melebihi sekadar ‘melompat-lompat ke sana-ke mari’ di sekitar gereja. Anda memegang kuasa Allah sebagaimana ketika para imam melangkahkan kakinya.

Diambil dan disesuaikan dari:
Judul buku: Pelayanan Musik
Penulis: Mike & Viv Hibbert
Penerjemah: Hariyono & Xavier Quentin Pranata
Penerbit: PBMR ANDI, Yogyakarta 2001
Halaman: 165–170

One Trackback

  1. […] F. Arak-Arakan One Response to "Tari-Tarian dalam Peperangan" Leave a Reply: Click here […]

Write a comment:

*

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

© 2017 Indonesian Family Church Singapore

Follow us: